Patriot Geofisika

>>> Lebih baik gagal dari pada tidak mencoba sama sekali..............
>>> Semua kan indah pada waktunya.......

Minggu, 27 Februari 2011

Geolistrik Samarinda

METODA PENELITIAN

Persiapan dan Alat Pengukuran.
Persiapan Pelaksanaan Pengukuran
1. Memperkirakan objek beserta lingkungan yang akan diukur. Dalam kegiatan survey ini lintasan yang diukur, berjumlah 11 lintasan untuk 2D dan 1 titik untuk 1 D, dengan 9 lintasan konfigurasi dipole-dipole dan 2 lintasan konfigurasi wenner-schlumberger. Adapun gambar lintasan dapat dilihat pada gambar. 3.1. dibawah ini.



Gambar. 3.1. Lintasan survey
2. Pengukuran dengan 38 elektroda dengan jarak tiap elektrodanya diatur untuk dapat mengukur variasi anomali dari masing-masing objek. Dalam kegiatan ini panjang lintasan bervariasi dari 200 meter sampai 380 meter dengan spasi elektroda 10 meter.


3.1.2. Alat Pengukuran
Peralatan yang digunakan dalam pengukuran adalah Resistivity meter Nainura Model - NRD22S Alat ini terdiri dari dua komponen utama, yaitu : bagian komutator yang bekerja mengubah isyarat arus searah menjadi arus bolak balik dengan frekuensi rendah yang kemudian diinjeksi ke dalam bumi : serta bagian potensiometer yang berfungsi mengukur beda potensial antara dua titik di permukaan bumi. Arus searah dari sumber daya DC dialirkan ke bagian komutator untuk selanjutnya diubah menjadi arus bolak balik dan diinjeksikan ke dalam bumi melalui elektroda arus.
Nilai beda potensial antara dua titik akibat injeksi arus listrik diukur pada bagian potensiometer melalui elektroda potensial.

3.2. Teknik Pengambilan Data
Data yang diperoleh berupa nilai resistivitas listrik akan digunakan untuk melihat variasi anomali dari masing-masing obyek dimana data tersebut merupakan hasil dari perolehan nilai arus, beda potensial dan konfigurasi elektroda yang dipakai.
Pengambilan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menyusun rangkaian alat resistivity meter untuk konfigurasi Dipole-dipole dan mengaktifkan resistivity meter lalu mengalirkan arus listrik ke medium dibawah permukaan bumi.
2. Menyusun rangkaian alat resistivity meter untuk konfigurasi Wenner-schlumberger dan mengaktifkan resistivity meter lalu mengalirkan arus listrik ke medium dibawah permukaan bumi.
3. Mencatat arus listrik yang mengalir (I) dan beda potensial (V) antar dua titik elektroda
4. Melakukan pengukuran seperti pada langkah 1-2 dan seterusnya.
Dari data hasil pengukuran selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menentukan nilai resistivitas semu. Hasil perhitungan nilai resistivitas semu selanjutnya diolah dengan menggunakan program RES2DINV untuk inversi 2 dimensi.(gambar 3.2). Dari inversi akan diperoleh penampang 2 dimensi dari distribusi nilai resistivitas listrik bawah permukaan.
http://namapanjang.blogspot.com/2010/02/cumulus-flash-tag-cloud-by-roy-tanck.html

Senin, 31 Januari 2011

Coal Mining Underground......



“Potensi Bahaya Tambang Batubara Bawah Tanah”


Berikut adalah penjelasan umum (singkat) mengnai Tambang Batubara.......
coal in samarinda
Metode penambangan batubara sangat tergantung kepada :
1. Keadaan geologi daerah antara lain : sifat lapisan batuan penutup, batuan lantai batubara, struktur geologi
2. Keadaan lapisan batubara dan bentuk deposit

Pada dasarnya dikenal dua cara penambangan batubara yaitu :

1. Tambang Dalam (Underground)

Dilakukan pertama-tama dengan jalan membuat lubang persiapan baik berupa lubang sumuran ataupun berupa lubang mendatar atau menurun menuju ke lapisan batubara yang akan ditambang. Selanjutnya dibuat lubang bukaan pada lapisan batubaranya sendiri. Cara penambangannya sendiri dapat dilakukan :
a. Secara manual, yaitu menggunakan banyak alat yang memakai kekuatan tenaga manusia
b. Secara mekanis, yaitu mempergunakan alat sederhana sampai menggunakan system elektronis dengan pengendalian jarak jauh

2. Tambang Terbuka

Dilakukan pertama-tama dengan mengupas lapisan tanah penutup. Pada saat ini metode penambangan mana yang akan dipilih dan kemungkinan mendapatkan peralatan tidak mengalami masalah. Peralatan yang ada sekarang dapat dimodifikasi sehingga berfungsi ganda. Perlu diketahui bahwa berbagai jenis batubara memerlukan jenis dan peralatan yang berbeda pula. Mesin-mesin tambang modern sudah dapat digunakan untuk kegiatan penambangan dengan jangkauan kerja yang lebih luas dan mampu melaksanakan berbagai macam pekerjaan tanpa perlu dilakukan perubahan dan modifikasi besar. Pemilihan metode panambangan batubara baik yang akan ditambang secara tambang dalam ataupun tambang terbuka ditentukan oleh factor :

a. Biaya penambangan
b. Batubara yang dapat diambil (coal recovery)

c. Pengotoran hasil produksi oleh batuan ikutan
Dalam memperhitungkan biaya penambangan dengan metode tambang terbuka harus termasuk juga biaya pembuangan tanah penutup batubara sampai pada kemiringan lereng yang seaman mungkin (slope angle). Perbandingan antara lapisan batuan tanah penutup dengan batubara merupakan factor penentu dalam memilih metode penambangan, untuk itu perlu dihitung terlebih dahulu break even stripping ratio, yaitu perbandingan antara selisih biaya untuk penambangan satu ton batubara secara tambang dalam dan tambang terbuka dibagi dengan biaya pembuangan setiap ton tanah penutup lapisan batubara.

Contoh :
Suatu rencana penambangan batubara diperhitungkan apabila dilaksanakan secara tambang dalam memerlukan biaya Rp. 20.000,- setiap tonnya. Apabila dilakukan secara tambang terbuka Rp. 8.000,-, sedang biaya pengupasan tanah penutup pada tambang terbuka adalah Rp. 2.000,- per tonnya. Stripping ratio antara tambang terbuka yang menghasilkan perbedaan biaya impas (break even cost) dengan penambangan secara tambang dalam adalah :


20.000 - 8.000

break even stripping ratio =
----------------------
= 6

2.000

Dengan demikian break even stripping ratio adalah 6 : 1, yang berarti bahwa untuk mengambil 1 ton batubara maksimum jumlah tanah penutup harus dibuang adalah 6 ton. Dengan demikian maka cara penambangannya sudah harus ditinjau kembali karena dianggap secara ekonomis sudah tidak menguntungkan lagi.

coal in samarinda

A. METODE PENAMBANGAN SECARA TAMBANG TERBUKA

Kelebihan tambang terbuka dibandingkan dengan tambang dalam adalah :
a. Relative lebih aman
b. Relative lebih sederhana
c. Mudah pengawasannya

Pada saat ini sebagian besar penambangan batubara dilakukan dengan metode tambang terbuka, lebih-lebih setelah digunakannya alat-alat besar yang mempunyai kapasitas muat dan angkut yang besar untuk membuang lapisan tanah penutup batubara. Dengan demikian pekerjaan pembuangan lapisan tanah penutup batubara menjadi lebih murah dan menekan biaya ekstraksi batubara. Selain itu prosentase batubara yang diambil jauh lebih besar dibanding dengan batubara yang dapat diekstraksi dengan cara tambang dalam. Penambangan batubara dengan metode tambang terbuka saat ini diperoleh 85% dari total mineable reserve, sedang dengan metode tambang dalam paling besar hanya 50% saja. Walaupun demikian penambangan secara tambang terbuka mempunyai keterbatasan yaitu :

a. Dengan peralatan yang ada pada saat sekarang ini keterbatasan kedalaman lapisan batubara yang dapat ditambang.
b. Pertimbangan ekonomis antara biaya pembuangan batuan penutup dengan biaya pengambilan batubara

Beberapa tipe penambangan batubara dengan metode tambang terbuka tergantung pada letak dan kemiringan serta banyaknya lapisan batubara dalam satu cadangan. Disamping itu metode tambang terbuka dapat dibedakan juga dari cara pemakaian alat dan mesin yang digunakan dalam penambangan.

Beberapa tipe penambangan batubara dengan metode tambang terbuka adalah :

1. Contour Mining


Tipe penambangan ini pada umumnya dilakukan pada endapan batubara yang terdapat di pegunungan atau perbukitan. Penambangan batubara dimulai pada suatu singkapan lapisan batubara dipermukaan atau cropline dan selanjutnya mengikuti garis contour sekeliling bukit atau pegunungan tersebut. Lapisan batuan penutup batubara dibuang kearah lereng bukit dan selanjutnya batuan yang telah tersingkap diambil dan diangkut. Kegiatan penambangan berikutnya dimulai lagi seperti tersebut diatas pada lapisan batubara yang lain sampai pada suatu ketebalan lapisan penutup batubara yang menentukan batas limit ekonominya atau sampai batas maksimum kedalaman dimana peralatan tambang tersebut dapat bekerja. Batas ekonomis ini ditentukan oleh beberapa variable antara lain :

a. Ketebalan lapisan batubara
b. Kualitas
c. Pemasaran
d. Sifat dan keadaan lapisan batuan penutup
e. Kemampuan peralatan yang digunakan
f. Persyaratan reklamasi

Peralatan yang digunakan untuk cara penambangan ini pada umumnya memakai peralatan yang mempunyai mobilitas tinggi atau dikenal mobile equipment. Alat-alat besar seperti :

a. Alat muat : wheel loader, track loader, face shovel, back hoe
b. Alat angkut jarak jauh : off highway dump truck
c. Alat angkut jarak dekat : scraper
Alat-alat tersebut dipergunakan untuk pekerjaan pembuangan lapisan penutup batubara, sedangkan untuk pengambilan batubaranya dapat digunakan dengan alat yang sama atau yang lebih kecil tergantung tingkat produksinya. Kapasitas alat angkut berupa off highway dump truck antara 18 ton sampai 170 ton. Di Indonesia, tipe contour mining diterapkan antara lain di Tambang Batubara Ombilin Sawah Lunto Sumatera Barat.
Ditempat ini penambangan secara besar-besaran telah dimulai sejak tahun 1977 dengan menggunakan mobile equipment berupa alat muat yang terdiri dari front end loader berkapasitas 5-6 m3 dan face shovel 7 m3, sedang untuk alat angkut digunakan off highway dump truck berkapasitas 35 ton dan 50 ton, selain itu dipergunakan scrapper kapasitas 15 m3. Mengingat batuan penutupnya sangat keras maka digunakan peledakan, dengan menggunakan beberapa unit alat bor drill blasthole machine yang mempunyai kemampuan bor berdiameter sampai 6 inches, sedangkan bahan peledaknya dipergunakan ammonium nitrat dan solar (ANFO). Pengekstraksian batubara digunakan excavator berukuran 4 m3 dengan alat angkut berupa coal houler kapasitas 18 ton.

2. Open Pit Mining

Open pit mining adalah cara penambangan secara terbuka dalam pengertian umum. Apabila hal ini diterapkan pada endapan batubara dilakukan dengan jalan membuang lapisan batuan penutup sehingga lapisan batubaranya tersingkap dan selanjutnya siap untuk diekstraksi. Peralatan yang dipakai pada penambangan secara open pit dapat bermacam-macam tergantung pada jenis dan keadaan batuan penutup yang akan dibuang. Dalam memilih peralatan perlu dipertimbangkan :

a. Kemiringan lapisan batuan
Pada lapisan dengan kemiringan cukup tajam pembuangan lapisan tanah penutup dapat menggunakan alat muat baik berupa face shovel, front end loader atau alat muat lainnya
b. Masa operasi tambang
Penambangan tipe open pit biasanya dilakukan pada endapan batubara yang mempunyai lapisan tebal atau dalam dan dilakukan dengan menggunakan beberapa bench. Peralatan yang digunakan untuk pembuangan lapisan tanah penutup batubara dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Peralatan yang bersifat mobile antara lain track shovel, front end loader, bulldozer, scrapper
2. Peralatan yang bersifat bekerja secara continue membuang lapisan tanah penutup tanpa dibantu alat angkut.
3. Stripping Mining

Tipe penambangan terbuka yang diterapkan pada endapan batubara yang lapisannya datar atau dekat dengan permukaan tanah. Alat yang digunakan dapat berupa alat yang sifatnya mobile atau alat penggalian yang dapat membuang sendiri. Penambangan batubara yang akan dilakukan diwilayah kontraktor tambang batubara Kalimantan akan dimulai dengan cara tambang terbuka yang memakai alat kerja bersifat mobile.

B. METODE PENAMBANGAN SECARA TAMBANG DALAM

Pada penambangan batubara dengan metode tambang dalam yang terpenting adalah bagaimana mempertahankan lubang bukaan seaman mungkin agar terhindar dari kemungkinan :
1. Keruntuhan atap batuan
2. Ambruknya dinding bukaan lubang (rib spalling)
3. Penggelembungan lantai lapisan batubara (floor heave)

Kejadian tersebut diatas disebabkan oleh terlepasnya energy yang tersimpan secara alamiah dalam endapan batubara. Energy yang terpendam tersebut merupakan akibat terjadinya perubahan atau deformasi bentuk endapan batubara selama berlangsungnya pembentukan deposit tersebut. Pelepasan energy tersebut disebabkan oleh adanya perubahan keseimbangan tegangan yang terdapat pada massa batuan akibat dilakukannya kegiatan pembuatan lubang-lubang bukaan tambang. Disamping itu kegagalan dapat disebabkan batuan dan batubara itu tidak mempunyai daya penyangga disamping factor-faktor alami dari keadaan geologi endapan batubara.

Penambangan batubara secara tambang dalam kenyataannya sangat ditentukan oleh cara mengusahakan agar lubang bukaan dapat dipertahankan selama mungkin pada saat berlangsungnya penambangan batubara dengan biaya rendah atau seekonomis mungkin. Untuk mencapai keinginan tersebut maka pada setiap pembuatan lubang bukaan selalu diusahakan agar :
1. Kemampuan penyangga dari atap lapisan
2. Kekuatan lantai lapisan batubara
3. Kemampuan daya dukung pillar penyangga
Dimanfaatkan semaksimal mungkin. Namun apabila cara manfaat sifat alamiah tersebut sulit dicapai maka beberapa cara penyanggaan batuan telah diciptakan oleh ahli tambang. Metode panambangan secara tambang dalam pada garis besarnya dapat dibedakan yaitu :
a. Room and Pillar atau disebut pula Board and Pillar
b. Longwall
Kedua metode tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri terutama pada keadaan endapan batubara yang dihadapi disamping factor lainnya yang perlu diperhatikan dalam pemilihan metode penambangan tersebut.

Sumber : Ir. Sukandarrumidi, MSc, PhD, Batubara dan Gambut. Gajah Mada University Press



Potensi Bahaya Tambang Batubara Bawah Tanah

Jika semua ini tidak di perhatikan maka yang terjadi akan berakibat fatal misal nya terjadi kebakaran dan ledakan, seperti ledakan gas metan??
Terus faktor-faktor apa saja yg menyebabkan kebakaran dan ledakan tersebut???
Berikut penjelasan tentang karakteristik tambang terkait dengan potensi bahaya yang dimilikinya, terutama masalah gas dan kebakaran.........

Batubara
 Batubara terbentuk dari tumbuhan purba yang berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun. Karena berasal dari material organik yaitu selulosa, sudah tentu batubara tergolong mineral organik pula. Reaksi pembentukan batubara adalah sebagai berikut:
5(C6H10O5) —> C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO
C20H22O4 adalah batubara, dapat berjenis lignit, sub-bituminus, bituminus, atau antrasit, tergantung dari tingkat pembatubaraan yang dialami. Konsentrasi unsur C akan semakin tinggi seiring dengan tingkat pembatubaraan yang semakin berlanjut. Sedangkan gas-gas yang terbentuk yaitu metan, karbon dioksida serta karbon monoksida, dan gas-gas lain yang menyertainya akan masuk dan terperangkap di celah-celah batuan yang ada di sekitar lapisan batubara.
Secara teoretis, jumlah gas metan yang terkumpul pada proses terbentuknya batubara bervolume satu ton adalah 300m3. Kondisi terperangkapnya gas ini akan terus berlangsung ketika lapisan batubara atau batuan di sekitarnya tersebut terbuka akibat pengaruh alam seperti longsoran atau karena penggalian (penambangan). 
Gas di tambang dalam
Gas-gas yang muncul di tambang dalam (underground) terbagi menjadi gas berbahaya (hazardous gas) dan gas mudah nyala (combustible gas). Gas berbahaya adalah gas yang dapat mempengaruhi kesehatan yang dapat menyebabkan kondisi fatal pada seseorang, sedangkan gas mudah nyala adalah gas yang berpotensi menyebabkan kebakaran dan ledakan di dalam tambang.
Pada tambang dalam, gas berbahaya yang sering ditemukan adalah karbon monoksida (CO), sedangkan yang dapat muncul tapi jarang ditemui adalah hidrogen sulfida (H2S), sulfur dioksida (SO2), dan nitrogen dioksida (NO2). 
CO adalah gas tak berwarna, tak berasa, tak berbau, dan memiliki berat jenis sebesar 0,967. Pada udara biasa, konsentrasinya adalah 0 sampai dengan beberapa ppm, dan menyebar secara merata di udara. CO timbul akibat pembakaran tak sempurna, ledakan gas dan debu, swabakar, kebakaran dalam tambang, peledakan (blasting), pembakaran internal pada mesin, dll. Gas ini sangat beracun karena kekuatan ikatan CO terhadap hemoglobin adalah 240-300 kali dibandingkan ikatan oksigen dengan hemoglobin. Selain beracun, gas ini sebenarnya juga memiliki sifat meledak, dengan kadar ambang ledakan adalah 13-72 persen.
Untuk gas mudah nyala pada tambang batubara, sebagian besar adalah gas metan (CH4). Metan adalah gas ringan dengan berat jenis 0,558, tidak berwarna, dan tidak berbau. Gas ini muncul secara alami di tambang batubara bawah tanah sebagai akibat terbukanya lapisan batubara dan batuan di sekitarnya oleh kegiatan penambangan. Dari segi keselamatan tambang, keberadaan metan harus selalu dikontrol terkait dengan sifatnya yang dapat meledak. Gas metan dapat terbakar dan meledak ketika kadarnya di udara sekitar 5-15 persen dengan ledakan paling hebat pada saat konsentrasinya 9,5 persen pada saat terdapat sumber api yang memicunya. 

Ventilasi tambang dalam
Untuk menangani permasalahan gas yang muncul di tambang dalam, perencanaan sistem ventilasi yang baik merupakan hal mutlak yang harus dilakukan. Selain untuk mengencerkan dan menghilangkan gas-gas yang muncul dari dalam tambang, tujuan lain dari ventilasi adalah untuk menyediakan udara segar yang cukup bagi para karyawan tambang, dan untuk memperbaiki kondisi lingkungan kerja yang panas di dalam tambang akibat panas bumi, panas oksidasi, dll.
Dengan memperhatikan ketiga tujuan di atas, maka volume ventilasi (jumlah angin) yang cukup harus diperhitungkan dalam perencanaan ventilasi. Secara ideal, jumlah angin yang cukup tersebut hendaknya terbagi secara merata untuk lapangan penggalian (working face), lokasi penggalian maju (excavation), serta ruangan mesin dan listrik (Gambar 1 dan 2). 

Gambar 1. Analisis ventilasi di tambang Taiheiyou-Hokkaido
(sumber: Masahiro Inoue, Kyushu University)

Gambar 2. Tampilan 3D lorong ventilasi di tambang Taiheiyou-Hokkaido
(sumber: Masahiro Inoue, Kyushu University)
Jumlah angin yang terlalu kecil akan menyebabkan gas-gas mudah terkumpul sehingga konsentrasinya meningkat, jumlah pasokan oksigen berkurang, dan lingkungan kerja menjadi panas. Sebaliknya, bila volume anginnya terlalu besar, maka hal ini dapat menimbulkan masalah serius pula yaitu swabakar batubara (spontaneous combustion).
Swabakar batubara terjadi akibat proses oksidasi batubara. Dalam kondisi normal, batubara akan menyerap oksigen di udara dan menimbulkan proses oksidasi perlahan, sehingga terjadi panas oksidasi. Karena nilai konduktivitas panas batubara adalah 1/4 dari konduktivitas panas batuan, maka panas oksidasi sulit berpindah ke batuan di sekitarnya, sehingga akan terus terakumulasi di dalam batubara secara perlahan. Bila sistem ventilasi yang baik untuk menangani hal ini tidak dilakukan, maka suhunya akan terus meningkat dan dapat mencapai titik nyala, yang akhirnya menimbulkan kebakaran.
Apabila kegiatan penggalian batubara di suatu zona sudah selesai dan akan berpindah ke lapangan penggalian berikutnya, maka lorong atas lapangan (top level) dan lorong bawah lapangan (bottom leve) harus disekat (sealing) sempurna, untuk mencegah masuknya aliran udara segar sehingga proses oksidasi batubara terhenti. Pada bagian dalam lorong yang telah disekat, kadar metan akan terus bertambah, sedangkan oksigen akan menurun. 
Kasus Ombilin
Kebakaran atau lebih tepatnya swabakar di tambang batubara bawah tanah Ombilin yang terjadi lagi pada pertengahan Januari 2006 lalu dimulai dari lorong tambang yang telah disekat rapat, kemudian terbuka akibat kegiatan penambangan liar (illegal mining) (Gambar 3). 
Minimnya pengetahuan teknologi ventilasi yang dimiliki oleh para penambang liar mengakibatkan sekat yang harus dijaga rapat akhirnya dibongkar untuk mengambil batubara yang masih tersisa di dalam. Akibatnya, lorong yang telah disekat tadi terbuka kembali, sehingga proses oksidasi batubara berlangsung kembali. Pada saat itu, kadar metan yang sangat tinggi ketika lorong disekat akan menurun. Apabila kadar metan mencapai nilai ambang ledakan yaitu 5-5 persen, dan swabakar berlangsung terus hingga menimbulkan nyala api, maka bencana ledakan gas metan akan terjadi.

Gambar 3. Swabakar di tambang Ombilin, Februari 2004
(sumber: Yuzo Kawaguchi, Mitsui Mining Engineering Co., Ltd)
Selain itu, tidak adanya rencana penggalian yang baik dari para penambang liar mengakibatkan banyak lorong yang dibuat akhirnya saling berdekatan dengan lorong yang sudah ada. Jarak antar lorong yang terlalu dekat akan mengakibatkan pilar batuan atau batubara yang terletak diantara lorong-lorong tersebut tidak memiliki kekuatan optimal untuk menyangga tekanan batuan di sekelilingnya sehingga lapisan batubara akan retak dan mudah remuk. Kondisi ini selanjutnya akan memicu oksidasi batubara berjalan lebih cepat karena luas permukaan batubara yang dilalui angin menjadi semakin besar, sehingga terjadi kebakaran dalam tambang.

 


Kamis, 09 Desember 2010

HAGI KOMWIL SUMSEL



.
HIMPUNAN AHLI GEOFISIKA INDONESIA
(THE INDONESIAN ASSOCIATION OF GEOPHYSICISTS)


 


Selamat atas dilantiknya Bapak Prof. Dr.  Ir. Eddy Ibrahim, MS. sebagai Ketua Himpunan Ahli Geofisika Indonesia Komisariat Wilayah Sumatera Selatan (HAGI Komwil Sumatera Selatan).
Oleh Bapak Elan Biantoro, President HAGI Pusat.

Pada Hari Kamis, 09 Desember 2010 bertempat di Program Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya (PPS UNSRI), Palembang – Sumatera Selatan



PELANTIKAN PENGURUS DAN ANGGOTA
HAGI (HIMPUNAN AHLI GEOFISIKA INDONESIA)
KOMWIL SUMATERA SELATAN



Ketua               : Prof. Dr. Ir. Eddy Ibrahim, MS
Wakil Ketua     : Dr. Azhar Khaliq Affandi, M.S
Sekretaris         : Sutopo, S.Si, M.Si

Anggota           : Alumni – alumni Geofisika


Dihadiri oleh     : Bpk. Elan Biantoro                 (President HAGI Pusat)
                          Bpk. Mrtinus Sembiring          (VP Organitation HAGI Pusat)

-         Perwakilan BMKG Palembang
-         Perwakilan Poltek AKAMIGAS Palembang
-         Fakultas MIPA, TEKNIK, Universitas Sriwijaya
-         Alumni – alumni Bidang Ilmu Geofisika Sumatera Selatan
-         Civitas Akademika Universitas Sriwijaya
-         Mahasiswa/i Jurusan MIPA-Fisika dan Teknik Pertambangan UNSRI

Tempat/Waktu : Program Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya. Palembang –     Sumatera Selatan/ 09 Desember 2010


Ulasan Bpk Elan Biantoro:

Menyadari akan pentingnya ilmu geofisika untuk menyingkap rahasia apa yang terkandung di dalam bumi Indonesia, maka beberapa orang yang menamakan dirinya ahli geofisika memandang perlu mendirikan suatu asosiasi geofisika, itulah sekelumit wacana terbentuknya HAGI

 Promosi Geoscience
-         Geofisika
-         Geologi
-         Pertambangan
-         Geokimia
Ke empatnya adalah satu kesatuan yang harus saling berikatan bukan saling bersaing, sehingga kita bisa meng aplikasikannya ke masyarakat luas, salah satu contoh tentang Geofisika, Peranan Penting HAGI terhadap masyarakat yaitu bisa mensosialisakan lansung misalnya tentang bencana Alam (Gempa Bumi, Tsunami, Curah Hujan dll) Terlepas dari apa yang telah dilakukan pemerintah melalui BMKG. Ujar Beliau

Peranan lain nya di organisasi ini (HAGI) adalah bisa belajar banyak terhadap ilmu di bidang Geofisika melalui pendahulu – pendahulu, beliau menambahkan lagi bahwa HAGI juga punya sumbangsih terhadap mahasiswa/i……..
Yaitu:  - Bantuan Delegasi (Pembicara/Pemateri/Pemakalah)
-         Financial (Bantuan Proposal)
-         Training Organitation
-         Network
Beliau juga menegaskan bahwa HAGI akan membantu jika ide kreatif mahasiswa dikembangkan melalui kegiatan2 ilmiah……….
Saran dari beliau: Untuk Pengurus, Anggota dan Mahasiswa jadikanlah HAGI ini sebagai wadah untuk kita terus belajar lebih banyak lagi dan mengkreasikan ilmu2 di bidang geofisika……
Berjuang bersama2 dengan organisasi lain seperti HIMAGI, HMG, SC AAPG dll. Untuk menjadikan ilmu geofisika di kenal di masyarakat dan betapa penting ilmu ilmu geofisika di kehidupan sehari-hari…………..
Ucapan terakhir beliau :  Semangat kebangsaan ditanamkan (garuda di dadaku) seperti timnas………hhhhhe

Bpk Martinus Sembiring ( V.P. Organitation HAGI): Kegiatan2 HAGI
Publikasi
Suatu majalah ilmiah adalah ukuran sampai di mana kekuatan profesionalnya himpunan. Kita harus mulai dengan semangat baru mengisi jurnal kita yang bernama “GEOFISIKA”. Kini nama majalah tersebut diganti menjadi JURNAL GEOFISIKA. Hendaknya semua anggota HAGI merasa berkewajiban menyumbangkan buah karyanya dalam bentuk tulisan di majalah tersebut..
Kegiatan Ilmiah
Di samping kegiatan rutin seperti PIT dan pekerjaan sehari-hari, HAGI secara sporadik juga melakukan kursus-kursus berkelanjutan (continuing education). Peserta kebanyakan terdiri dari para geofisikawan junior dan juga para karyawan geofisika dari beberapa instansi pemerintah maupun swasta.


 Kegiatan Sosial
Penyuluhan tentang terjadinya gempabumi serta cara penyelamatan dari bencana telah dilakukan di Medan, Padang, Begkulu, Lampung dan Yogya.

Ketua HAGI KOMWIL SUMSEL
Bpk Edi Ibrahim :

Terima Kasih atas semua dukungan semua lapisan sehingga acara ini terselengara

Singkat beliau berkata, Isi dan Gunakan Wadah HAGI ini untuk aktif bersama2 dalam pembangunan bangsa khususnya daerah SUMSEL, karena kita sumsel dipercayai oleh Presiden RI sebagai Lumbung Energi maka dari itu komitmen dari HAGI SUMSEL untuk berpastisipasi terhadap daerah.............   


PENDAFTARAN

HUBUNGI; 081377578493 (PATRIOT)
Isi Formulir
Biaya Reg: Rp. 100.000 / 1 Tahun
Plus ID Card
 

Rabu, 01 Desember 2010

coal mining samarinda, indonesian,



Banjir yang kerap melanda Samarinda kini akibat kerusakan lingkungan karena "Kota Tepian" itu "dikepung" oleh 44 perusahaan batubara, sehingga untuk mengatasinya perlu meninjau ulang izin-izin pertambangan tersebut.
"Menghentikan izin perusahaan batubara itu sangat sulit karena pemerintah sudah terlanjur mengeluarkan izin. Kalau secara sepihak dihentikan maka pihak perusahaan bisa saja melakukan gugatan," kata pengamat lingkungan Kalimantan Timur, Ir. Ambrianto Amin di Samarinda, Rabu.
Ambrianto Amin yang juga dikenal sebagai staf ahli bidang kehutanan dan lingkungan di DPRD Kaltim itu menjelaskan bahwa sebagian perusahaan batubara yang kini mengupas lahan di Samarinda sudah memegang perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B), sehingga tidak bisa dihentikan secara sepihak karena memegang izin eksploitasi jangka panjang.
"Perusahaan batubara tersebut baru bisa dihentikan apabila melanggar PKP2B atau melakukan pencemaran lingkungan, namun apabila mereka memenuhi kewajibannya tidak bisa dhentikan begitu saja," imbuh dia.
Khusus untuk perusahaan pemegang KP (kuasa penambangan) batubara yang dikeluarkan Pemkot Samarinda, katanya menambahkan, masih bisa ditinjau ulang sehingga butuh "political will" (kemauan politik) dari pemerintah kota dan DPRD setempat untuk lebih mengutamakan masalah lingkungan ketimbang hanya keinginan menambah PAD (pendapatan asli daerah).
"Kalau alasannya untuk menambah PAD maka lebih banyak sektor lain yang bisa digarap tanpa harus mengorbankan rakyat karena merasakan langsung dampak kerusakan lingkungan antara lain banjir dan tanah longsor," kata mantan Direktur Ekskutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kaltim itu.
Ia sependapat dengan mantan Rektor Universitas Mulawarman Samarinda, Prof Dr. (almarhum) Yunus Rasyid yang menyatakan bahwa potensi batubara di perut bumi Kaltim --termasuk di Samarinda-- yang diperkirakan mencapai dua triliun ton "bukan harta warisan namun peninggalan untuk anak cucu".
"Almarhum Yunus Rasyid sudah menyatakan bahwa potensi batubara itu jangan dulu digarap sampai kita punya teknologi ramah lingkungan serta hasilnya benar-benar memiliki kontribusi besar untuk daerah," katanya.
Upaya yang bisa dilakukan Pemkot untuk sementara ini, kata dia menambahkan, yakni dengan mengajak perusahaan batubara yang sudah memiliki izin itu sama-sama menjalankan berbagai program penyelamatan lingkungan tanpa harus menghentikan kegiatan mereka secara sepihak.
"Kawasan yang perlu mendapat perhatian serius adalah daerah aliran sungai (DAS) Sungai Karang Mumus karena kerusakan di daerah itu bisa menimbulkan dampak lingkungan yang besar, antara lain banjir yang kini kerap melanda Samarinda," katanya.
Paling Parah
Hutan di DAS Karang Mumus diperkirakan hanya tinggal 0,8 persen dari luas kawasan itu sehingga menjadi daerah aliran sungai terparah ketimbang daerah lain di Kaltim.
Selain kehadiran sejumlah perusahaan batubara di DAS Karang Mumus, kawasan itu juga menjadi tempat bermukim 241.996 orang Samarinda dengan berbagai profesi.
Sungai Karang Mumus sepanjang 20 Km menjadi sumber air pertanian di Lempake, lumbung padi serta membelah kota berpenduduk 700.000 jiwa itu.
"Luas hutan tinggal 0,8 persen, padahal luas hutan dalam suatu DAS idealnya 30 persen sehingga perlu upaya rehabilitasi dan reboisasi," kata Abrianto.
Ia yakin bahwa apabila perusahaan batubara itu terus mengupas lahan di DAS Karang Mumus dan sekitar pinggiran Kota Samarinda, maka banjir kian kerap melanda kota itu.
Selama tiga bulan terakhir saja --sejak November dan Desember 2008 serta Januari 2009-- Samarinda lima kali didera banjir cukup besar menyebabkan puluhan ribu warga menjadi korban akibat rumahnya terendam air antara 30 Cm sampai satu meter.
Berdasarkan data Antara, dari 44 perusahaan batubara di Samarinda, 17 di antaranya sudah melakukan aktifitas pengupasan lahan untuk mengeksploitasi batubara di perut bumi Samarinda.
Padahal Samarinda apabila dibandingkan dengan daerah lain di Kalimantan Timur termasuk sebagai "kota mini" karena luasnya hanya 71.000 Ha sedangkan daerah lain mencapai ratusan ribu hektare.

Senin, 08 November 2010

velositas

Kecepatan (simbol: v) atau velositas adalah suatu vektor dari besar dan arah gerakan. Nilai absolut skalar (magnitudo) dari kecepatan disebut kelajuan (bahasa Inggris: speed). Kecepatan dinyatakan dengan perubahan jarak yang ditempuh per satuan waktu.
Rumus kecepatan yang paling sederhana adalah "Kecepatan = Jarak-perpindahan/Waktu":
atau Dengan demikian, satuan SI kecepatan adalah m/s dan merupakan sebuah besaran turunan Kecepatan.

Terdengar cukup familiar, terlebih lagi bagi Anda penggemar balap mobil atau motor hingga ilmu fisika. Kecepatan atau velositas memang muncul sebagai istilah dari ilmu fisika untuk menyatakan perubahan jarak yang ditempuh per satuan waktu.

Namun, kecepatan bukan istilah serius yang selalu dipakai di ilmu fisika saja. Ada lima fakta menarik untuk diketahui tentangnya.

Sejarah
Rekor tercepat (di atas tanah) pertama di dunia dicetak oleh Gaston de Chasseloup-Laubat di Yveslines, Prancis, pada 18 Desember 1898. Ketika itu, dia mencatat kecepatan 39mph (setara 63,1 kilometer per jam) dengan mobile elektrik Jeantaud dan diakuinya cukup memusingkan.

Mach 1
Kecepatan suara adalah 761 mph atau 1.224 kilometer per jam, yang dalam istilah penerbangan disebut dengan Mach 1. Jika Anda ingin terbang mengitari satu bumi penuh, Anda perlu melakukan perjalanan setara 25,4 Mach.

Sekejap (blink)
Kecepatannya 340,3 meter per detik, setara dengan berlari tiga kali lipat panjang stadion Old Trafford milik Manchester United di Inggris dalam waktu satu detik. Wayne Rooney pasti tertarik untuk mengetahui hal ini.

Phileas Fogg
Adalah seorang tokoh fiksi dalam novel Around the World in Eighty Days yang ditulis Jules Verne pada pada 1873. Jika Anda mengelilingi bumi sesuai jarak lingkar bumi (24.901 mil atau setara 40.074 kilometer) dengan kecepatan rata-rata Fogg 1.000 mil per jam, Anda hanya membutuhkan waktu 24 jam saja untuk berkeliling dunia. Waktu yang lumayan untuk pergi ke kantor.

Landasan Pacu (runway)
Jika mampu memecahkan rekor kecepatan 1.000 mil per jam, setidaknya Anda membutuhkan landasan pacu sepanjang 14 mil (22,5 km). Ini bukan panjang landasan yang dibutuhkan secara total. Tapi, landasan sepanjang 22,5 km itu hanya untuk pengereman. (art)